jurnal

A Year of Grief

Couple days before my birthday, I was wondering.. How it feels like to have a birthday alone at home? I think I've always had some kind of celebration on my birthday. I was never alone. A party, dinner, mid-night birthday surprise, birthday lunch, birthday sex, birthday trip, all sort of birthday celebrations.

This year, the pandemic happened. I have to stayed at home. Alone (still not sure if it is unfortunate or is a bliss).

At first I thought it will be miserable, but then I realised, I was not alone alone. All my loved ones are around. We were just happened to be not in a same place. I still can celebrate it in my own way in regard of any situation. So, on my birthday, I chose to be happy and grateful with the situations.

Apparently, celebrating birthday during quarantine still felt so lovely with all the sweet messages, phone calls, and gifts from my love ones.

Feeling loved and content on my 29th birthday :)

I spent some time to reflect on what I've learned in the past year. A day before my birthday last year, I submitted my thesis. Afterwards, I defended the thesis, got it published. Graduated. I went to Alaska and California to celebrate it. Then, I came back to Jakarta, started working in an NGO. Going back from Flagstaff to Jakarta was difficult. It took sometime to readjust and feel comfortable again with the new routines.

I also worked on plenty of big problems that I have been dealing with for sometime. It was one of the hardest phase in my life, if not the second hardest after the 27th years old. There were times where I didn't want to exist. I didn't want to wake up in the morning and start the day. I wished I never wake up. There were times when I wished I can disappear and never come back.  I wished I can declutter my self. I kept having these voices telling me it wasn't even worth-it to stay alive. Why should I stay alive?

"Try to survive until tomorrow, ok? Tomorrow you can give up, but not today.", I said that many times to myself.

People said: try to workout, eat healthy, drink more water, get a better sleep, reduce alcohol/caffein/sugar consumption, write journal, go seek professional helps, etc, etc, etc. Most people who said those, was never in my shoes. They probably didn't understand how much it hurts, but they were and are always around. No matter how messy I was. I thought, if I couldn't find reasons to stay alive for me, I would try my best to stay alive for them.

With small amount of energy, I managed to showed up in all difficult conversations and decisions. It was hurtful and painful. It wasn't easy ride at all. I still don't know how could I survive?

I started working out like crazy, heard that it will produce dopamine and serotonin. Reduce the pain and anxiety. Not to mention, I can run away from my own thoughts. Well, after couple of months, I can see the result on my body physically, which make me think that things can get better. It just takes time and energy. And I started to enjoy the workout more than just as a distraction. I went climbing and dancing. I met a lot of new friends. I invested my heart, time, and energy for people who loves me. It all makes me happy. It makes me think that life is still worthwhile. 

I seek professional help to assist me processing the emotions and getting through the flood of thoughts. It works. It is helpful because I learned to accept my vulnerable sides and be okay with it. You probably know me as a happy go lucky person. I am, but there were times when I fake those smiles while breaking down inside. It was really weird. With the professional help, I know how to be unhappy and let out feelings. Let them come and go. I am learning to respecting my own feelings and be real.

I moved back to the house of my dream. For couple months, I run away from all the triggers. I started to fill up my schedule in every possible ways. So, I don't have to be at home. For many months I didn't want to be alone because I didn't want to be with my self, deal with all the triggers and thought of painful moments. 

A quarantined selfie.

Then, the COVID19 happened. I have to stay at home. I can't run away. All the triggers shot me so many times. I can't go away. So, I've spent this month to be friend with the triggers. Who are you? What do you want? What can I do for you? It's been kind of fun to be able to get through these.

You know, I probably not the same person as I was a year ago. I changed so much and yet stay the same in a weird combination. Although it wasn't easy, I kind of enjoying the process. I'll take it easy and see how it goes.

Now, I am 29 years old. Next year I will enter a new decade. Sometimes, I wonder, what kind of woman I want to be in the next decade? I will think about it next year. Hahaa.

Anyway, thank you for all the love. You probably don't realised how much it means to me. I hope you believe me when I said I am grateful to have you in my life. You keep me alive. Thank you, thank you, and thank you.


With all the love,

Diny

Ternyata saya takut anjing

Minggu lalu saya datang ke acara kumpul-kumpul anak kampus. Acaranya diadakan di rumah teman sekelas saya. Sebenarnya saya malas banget datang. Saya habis belanja sampai 4 jam dan pegel banget kakinya. Teman sekamar saya dan teman-teman Indonesia lainnya juga pada malas ikut. Masalahnya, panitianya teman baik saya di lab dan dia udah semangat banget ngurusin acara ini. Saya jadi ngga enak kalau ngga dateng. Ditambah lagi sudah janji mau bawa makanan, chips and dips, menu wajib party nya orang sini.

Yaudah lah, saya mutusin untuk datang (kalau ada yang bisa jemput). Saya sms temen, minta dijemput. Eeh dia bisa jemput. Alahmdulillah deh, saya ngga usah kedinginan nunggu bis di halte yang gelap. Tema party kali ini disco party. Saya ngga punya baju disko. Akhirnya saya pakai aja satu-satunya baju warna mencolok, dress bali warna kuning motif bunga-bunga pink. Dikombinasi dengan kerudung warna shocking pink dan syal kuning punya teman sekamar. Ngga tau deh itu disko apa ngga. Hahaha bodo deh ya yang penting usaha dan dateng.

Satu jam kemudian, teman saya jemput. Kami pergi lah menuju lokasi party. Sebelum ke sana, temen saya yang kalau akhir pekan pasti minum alkohol itu, mau beli alkohol dulu. Jadilah kami pergi ke toko alkohol, dia beli minuman, saya liat-liat tokonya. Ternyata minuman alkohol itu banyak banget ya jenisnya. Saya baru tau. Hahaha! Sudahlah dia selesai beli alkohol, kami jemput satu temen lagi. Habis itu beli alkohol lagi. Ginilah kalau akhir pekan. Maunya pada minum alkohol katanya biar loose gitu habis pusing seminggu kerja keras.

Kalau saya kan kerjanya ga keras-keras banget ya, jadi ngga minum minuman keras tetep bisa survive. Hahaha apaan sih. Sudah selesai beli alkohol, kami meluncur ke rumah kawan yang jadi lokasi party.

Nah di sinilah masalahnya terjadi. Saya ngga kepikiran kalau si pemilik rumah punya anjing, dua, gede-gede lagi. Terus teman yang lain juga ada yang bawa anjing satu, gede juga. Jengjeng. Saya langsung parno dong. Ternyata saya segitu takutnya sama anjing. Sebenernya sih anjing di sini tuh pada bisa bersikap ya. Baik-baik, ramah (?), ngga galak, dan gemes lucu gitu. Cuma entah kenapa saya takut banget gitu sama anjing. Untung temen saya pada pengertian banget, jadi anjingnya ditaruh di luar.

design by Freepik
Saya jadi ngga enak banget sama yang punya rumah. Pengennya tuh pestanya bisa buat manusia dan anjing gitu. Gara-gara saya takut sama anjing jadinya anjingnya ga ikutan pesta deh. Huuft. Saya pun ditanya kenapa takut anjing. Yang ada dipikiran saya, karena kalo dijilat kan mesti dibersihin pakai pasir dan rempong banget. Jadinya males aja kalau dijilat.

Setelah saya pikir-pikir lagi, kayaknya alasan utamanya bukan itu ya. Kalau takut dijilat aja kan bisa menghindari bagian mulutnya aja. Tapi saya setakut itu. Mana anjingnya saking ramahnya kan dia maunya kenalan sama tamu yaa. Cium-cium kaki. Halo-halo in. Sedangkan saya ketakutan, ngumpet di balik badan teman. Panik sendiri, malu-maluin. Hahaha.

Pulang dari party, saya masih kepikiran kenapa saya takut anjing. Kalau di Indonesia kan jarang ketemu, jadi ngga berasa takutnya. Di sini dimana-mana orang bawa anjing. Terus temen-temen di sini heran, kenapa kok bisa ada orang ngga suka sama anjing. Anjing kan lucu baik, setia kawan gitu. 

Kayaknya ini semua berawal dari dikejar-kejar anjing galak waktu masih SD. Waktu ngajar juga sering banget ketemu anjing galak yang berkeliaran di jalan. Gonggong agresif sambil marah gitu. Kan aing takut digigit ya. Hahahaha

Yah gimana dong yah yang namanya udah takut dulu jadinya gitu. Jadi pengen belajar ngga takut anjing deh. Gimana ya caranya hahaha

Demikian sekelumit permasalahan receh saya di sini. Sampai ketemu di cerita selanjutnya! 😅

Barang yang dibawa untuk kuliah di negeri

Beberes barang untuk dibawa kuliah di luar negeri memang suka bikin galau. Rasanya segalanya mau dibawa. Padahal kapasitas yang bisa dibawa sangat terbatas.

Sebelum mulai berkemas, sebaiknya kamu periksa ulang ukuran koper dan jumlah koper yang bisa kamu bawa ke negara tujuan. Cek juga barang-barang lain seperti makanan, benda cair, dan segala macam peraturan di penerbangan.

Ini daftar yang saya pakai saat beberes barang kuliah di Amerika. Bisa kamu sesuaikan dengan kebutuhanmu juga.
Designed by Freepik
Barang di tas kabin
Tas koper/backpack dan satu tas kecil tempat taruh dokumen penting, hp, charger, dan dompet.
  • Dompet
  • Uang tunai sesuai dengan mata uang negara tujuan
  • Dokumen penting (passport, visa, jadwal perjalanan, tiket pesawat, boarding pass, dll)
  • Alat tulis
  • Buku bahan bacaan
  • Tisu basah
  • Tisu kering
  • Camilan (permen/cokelat)
  • Perlengkapan mandi (travel size)
  • Jaket
  • Barang elektronik (HP, laptop, power bank)
  • Charger
Pakaian
Kalau kamu datang ke negara tujuan di musim panas, ngga perlu bawa terlalu banyak baju musim dingin. Baju-baju musim dingin bisa beli di negara tujuan. Lebih mudah dan banyak pilihan. Namun, setidaknya siapkan satu set baju dalam thermal untuk pekan awal saat masih adaptasi udara dingin. Pilih baju sehari-hari yang sangat kamu suka. Ngga usah terlalu banyak karena kamu bisa beli di negara tujuan.

  • Kaos
  • Kemeja/Baju kuliah
  • Jeans/celana kuliah (3)
  • Rok
  • Baju olahraga (1)
  • Kebaya/Batik
  • Baju formal (1)
  • Baju tidur
  • Kerudung (yang tidak mudah lecek)
  • Sweaters (1)
  • Jaket
  • Kaos dalam thermal (1)
  • Legging thermal (1)
  • Sepatu olahraga (1)
  • Sepatu kampus (1)
  • Sepatu resmi (1)
  • Sandal jepit (1)
  • Sandal pergi (1)
  • Tas backpack (1)
  • Tas pergi (1)
  • Fold able goodies bags 
  • Baju renang
  • Kaos kaki minimal (6)
  • Kaos kaki wool (1)
  • Ikat pinggang (1)
  • Topi
  • Kacamata cadangan

Daleman
Bawa dalam jumlah yang banyak dan cukup untuk kira-kira 1,5 minggu.


  • Celana dalam (untuk 2 pekan)
  • Bra (untuk wanita)
  • Kaos dalam atau tank top
  • Ciput (kalau pakai kerudung)
  • Kaus kaki (6 pasang)
Perlengkapan ibadah
Disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Kalau saya bawa barang di bawah ini:
  • Mukena (2-3 set)
  • Sajadah tipis (2)
  • Al-quran kecil
Perlengkapan mandi
Perlengkapan mandi dimasukkan ke satu travel pouch yang mudah diambil dari koper/backpack kabin. Kita mungkin butuh ini saat transit menunggu penerbangan berikutnya. Semua perlengkapan mandi sebaiknya bawa ukuran kecil saja. Terutama kalau kamu akan pergi ke negara empat musim. Beli di negara tujuan akan lebih baik karena akan lebih sesuai dengan iklim di sana.
  • Sabun
  • Sampo
  • Sabun muka
  • Sikat gigi
  • Odol
  • Pelembab wajah
  • Deodoran
  • Handuk kecil
  • Travel pouch
  • Pembalut
Elektronik
Kamu bisa aja beli peralatan elektronik di negara tujuan, tapi setidaknya bawalah satu handphone untuk jaga-jaga keadaan emergency. Simpan di tas/koper yang dibawa ke kabin, supaya lebih aman dan mudah dikeluarkan saat di bandara.
  • Colokan universal
  • Charger (hp, laptop, kamera)
  • Power bank
  • Handphone 
  • Laptop
  • Kamera
  • Hard disk
  • USB
  • Headset
Bumbu instan
Penting untuk mengobati rasa rindu masakan Indonesia. Bumbu ini juga bisa digunakan kalau kamu mengundang teman-teman dari negara lain untuk cobain masakan Indonesia. Ringkas, bisa dimasak cepat, dan tetap enak.
  • Royco
  • Bumbu instan merek Bamboo (sebanyak-banyaknya!) 
  • Bumbu pecel instan
  • Bon cabe
  • Indomie (ngga usah banyak-banyak, kemungkinan besar bisa beli di toko Asia)
  • Terasi (kalau suka sambal)
Obat-obatan
Kita ngga pernah tau akan sakit kapan. Seenggaknya kita mesti bawa obat wajib P3K praktis. Buat jaga-jaga kalau sakit di bulan-bulan awal dan masih belum tau cara beli obat, udah lemes duluan, atau malas ke apotek. Menurut saya obat yang wajib dibawa:
  • Minyak tawon
  • Tolak angin (yang banyak!!)
  • Panadol merah, hijau, biru
  • Hansaplas
  • Betadine
  • Vitamin C
Tambahan:
Kamu mungkin akan punya preferensi sendiri sesuai dengan sakit yang biasanya kamu derita dan obat favorit kamu, misalnya:
  • Minyak kayu putih
  • Obat maag
  • Obat asma
  • Koyo
***
Semoga membantu dan selamat berkemas!

Belajar tentang Kebakaran di Karyawisata Pertamaku!

Halo halo,

Beberapa minggu lalu saya diajak karyawisata sama dosen pembimbing. Katanya dia mau kasih lihat vegetasi di sini seperti apa dan penelitian-penelitian yang dilakukan di sini tuh kayak apa aja. Kami bertiga: saya, Pak Guru, dan Kat (rekan seperjuangan), pergi ke hutan pinus ponderosa bekas kebakaran. Lokasinya ngga jauh dari kampus, mungkin hanya sekitar 20 menit perjalanan.

Kebakaran memang sudah menjadi hal rutin yang dialami hutan di daerah Barat Daya (Southwest) Amerika . Dulu setiap 5 tahun sekali bisa terjadi kebakaran. Sampai akhirnya tahun 1910-an pemerintah membuat kebijakan untuk menekan laju kebakaran hutan. Ditambah lagi, mulai banyak pemukiman penduduk yang masuk ke kawasan hutan, sehingga kebakaran-kebakaran kecil berhasil dikurangi.

Ternyata eh ternyata, kebakaran yang dulu biasa terjadi selama 5-10 tahun sekali tuh punya dampak besar bagi ekosistem. Kebakaran bisa membersihkan tumbuhan tingkat bawah dan mencegah akumulasi bahan kebakaran di masa mendatang. Frekuensi kebakaran yang berhasil diturunkan oleh pemerintah, ternyata malah membuat kebakaran semakin parah. Karena ngga ada kebakaran kecil lagi, tumbuhan tingkat bawah bisa tumbuh subur dan menjadi bahan bakar yang sangat banyak buat kebakaran di masa mendatang. Jadilah kebakaran yang terjadi jauh lebih besar dan lebih parah dari kebakaran rutin yang dulu terjadi. 


Ini contoh bekas kebakaran yang saya kunjungi. Kebakaran besar terjadi di tahun 2015 dan membuat banyak pohon-pohon mati tak berbekas. Kini sudah kelihatan tumbuhan pionir seperti rerumputan, semak, dan tunas pohon pinus baru. Kalau kebakarannya besar dan sampai menghabiskan kanopi pohon biasanya disebut crown fire. Biasanya kebakaran crown fire tuh bisa bikin hutan tak bersisa. 





















Hutan di sini memang rentan sekali terjadi kebakaran, terutama di musim panas. Curah hujan yang rendah membuat udara, vegetasi, dan tanah menjadi kering dan mudah terbakar. Foto di atas terlihat ada tiga pohon besar yang terbakar puluhan tahun yang lalu. Pada saat itu, angin berhembus kencang sekali dari arah kiri ke kanan. Akhirnya semua pohon jatuhnya ke sisi kanan. Pohon yang sebesar itu pun akhirnya bisa diluluhkan juga oleh api dan angin. Beberapa puluh tahun kemudian, regenerasi pohon pinus yang lebih muda terlihat mulai bermunculan dan mendominasi kawasan.

Nah, gimana sih cara peneliti tau dulu bisa terjadi kebakaran 5-10 tahun sekali? Mereka pakai ilmu kehutanan yang namanya dendrokronologi. Dendrokronologi itu ilmu yang mempelajari lingkar tahun pada pohon dan digunakan untuk melihat kejadian historis di masa lampau. Dari potongan pohon yang sudah mati, kita bisa melihat luka karena kebakaran (fire scar). Terus si luka itu dihitung terjadinya tahun berapa. Seru banget ya ternyata dari lingkar tahun kita bisa melihat sejarah. Saya baru tau tentang beginian!

Kebetulan pembimbing saya, namanya Peter Fule dipanggilnya Pete, ahli di bidang ini. Jadi dia kalau lagi cerita tuh seru banget. Mana ternyata ilmu tentang lingkar tahun ini pertama kali ditemukan di Arizona. Bener-bener pas banget saya berada di pusatnya. Hahaha. Seru!! 


Pohon pinus yang selamat dari kebakaran, melanjutkan hidupnya sampai beratus-ratus tahun kemudian. Saya juga baru tau ternyata pohon pinus di sini walaupun ukurannya ngga terlalu besar tapi umurnya bisa sampai ratusan tahun. Pohon di atas ini misalnya, diameter sekitar 60 cm, kemungkinan umurnya 500 tahunan. Ciri-ciri pinus Ponderosa yang sudah tua bisa dilihat dari kulit kayunya yang berwarna kejinggaan, hanya sedikit warna cokelat-cokelatnya. Wangi kulit kayunya juga khas, seperti wangi vanila. Kita juga bisa lihat dahan bagian bawah banyak yang patah, akibat kebakaran yang pernah dia alami. Untung dia masih bisa melanjutkan hidup dan tumbuh besar ya.

Selain berkunjung ke hutan bekas kebakaran, saya juga berkunjung ke plot permanen tempat eksperimen managemen hutan. Kampus ku, Northern Arizona University (NAU) bekerja sama dengan USDA Forest Services untuk bikin plot permanen ini. Di lokasi yang saya kunjungi, mereka melakukan penelitian dinamika hutan terutama untuk mengurangi kebakaran hutan besar. Ada tiga plot di sini, pertama plot kontrol, kedua plot vegetasi yang sengaja dibikin kebakaran kecil (prescribed fire), dan plot ketiga yaitu tempat mereka melakukan pemangkasan pohon. 

Sebentar, gimana sih kok mencegah kebakaran tapi malah sengaja ngebakar?? Bingung saya! Ternyata mereka tuh sengaja bikin kebakaran permukaan (surface fire), supaya tumbuhan tingkat bawah (si bahan bakar kebakaran) bisa mati. Biar kalaupun ada kebakaran, ngga terlalu heboh atau besar banget gitu lho. Mereka juga melakukan pemangkasan pohon supaya pohon nya ngga terlalu padat. Ternyata kalau pohonnya terlalu padat juga bikin hutannya rentan kena kebakaran.


Kompleks banget masalah kebakaran di sini. Saya jadi inget di Indonesia, kan juga sering kebakaran ya.. Apa ada kebakaran yang emang bagus buat ekosistem di sana ya? Saya ngga tau. Sebelumnya saya belum pernah belajar tentang kebakaran di Indonesia, jadi belum tau banyak. Sejauh ini yang saya tau, kebanyakan kebakaran besar terjadi di hutan gambut karena apinya ada di bawah permukaan. Tapi kan ada juga masyarakat lokal yang melakukan prescribe fire pada ladang berpindah. Apakah ekosistemnya diuntungkan juga ya sama kebakaran itu? Saya ngga tau euuy. Semoga bisa belajar tentang ini ya tahun depan pas balik ke Indonesia.

Saya seneng banget diajak karyawisata privat sama Pak Guru. Bisa belajar langsung dari ahlinya dan dia nyempetin waktu gitu lho buat ngajarin mahasiswa bimbingannya. Kadang-kadang suka lucu, dia suka ngetes saya tau apa ngga dasar-dasar pengetahuan lapangan atau ekologi, atau apapun. Terus kalau saya ngga tau, ya seperti biasa, saya cengar cengir aja hahahaa. Duh maap Pak, saya ngga pinter-pinter amat hehe. Untungnya dia baik ya, bakal jelasin sejelas-jelasnya kalau saya ada yang ngga ngerti. Lain kali kalau mau diajak karyawisata, saya belajar dulu deh biar ngga malu-maluin hahaha.


Ini dia Pak Guru dan rekan seperjuangan. Semoga bisa belajar lebih banyak lagi di sini.

Salam hangat dari Flagstaff!

Bunga Cantik di Flagstaff

Kata orang, di Flagstaff itu hanya ada empat musim: winter-winter-winter-construction. Hahaha. Kebetulan saya datang pada musim konstruksi, dimana ada matahari di siang hari dan jarang hujan. Banyak banget konstruksi rumah, gedung, dan sebagainya di sini. Mumpung ngga ada salju kali yaa.

Sekarang siang hari di sini sekitar 23 - 26 derajat Celcius, rasanya kayak pakai AC kalau mau bobo di rumah. Hanya saja kadang anginnya yang bikin semriwing. Malam hari, bisa mencapai 9 - 10 derajat. Dingin banget ya Allah. Jadi kalau mau pulang malem, mesti banget siap sedia jaket biar ngga semriwing.

Bagian cantiknya dari musim panas di Kota Flagstaff, banyak sekali kebun yang penuh bunga-bunga cantik. Apalagi di kampus Northern Arizona University (NAU). Mereka pinter banget menyusun bebungaan sampai jadi taman yang cantik kayak gini. Berasa kayak di Malang kan yaaaa. Gemez.


Saya senang sekali dengan sambutan yang hangat ini. Bunga-bunga cantik itu rajin saya foto-fotoin. Terus saya pikir, sayang banget kalau cuma ada di galeri foto di handphone saya.

Akhirnya saya masukkan ke instagram khusus yang bernama Plants of Flagstaff. Saya buat akun instagram ini sebenarnya untuk diri sendiri, biar lihatnya lebih mudah, ngga kecampur sama foto-foto lainnya. Tapi mungkin ada orang lain yang juga suka dengan keindahan ini dan pengen tau juga nama spesies nya apa.





Saya juga ngga tau apakah sudah benar mengidentifikasinya atau belum. Bahkan banyak yang masih kosong, belum tau namanya apa. Biasanya saya identifikasi pakai buku Southwestern and Texas Wildflowers nya Niehaus, Ripper, dan Savage, pinjaman dari pembimbing.

Jikalau ada yang tau kalau saya salah ID, tolong kasih tau saya yaa!!

Terima kasih sudah mampir. Sampai jumpa di cerita selanjutnya.

Syukuran Rumah

Setelah tinggal dua pekan di rumah baru, saya dan suami menggelar syukuran sederhana. Buat kami ini pengalaman baru, karena sebelumnya kami belum pernah menyelenggarakan acara resmi yang mengundang banyak orang ke rumah.

Akhirnya setelah diskusi, kami sepakat menggelar dua kali acara, yang pertama khusus untuk keluarga, yang kedua untuk teman-teman. Kalau digabung sepertinya ngga akan muat rumahnya, hehehe. Saya berbagi tugas dengan suami, saya fokus urusan selamatan ini, suami fokus ke rapi-rapi rumah. Jadi urusan tata letak barang-barang di rumah saya serahkan sepenuhnya ke suami, suami pun demikian ke saya, saya bebas mengatur acara syukuran ini.

Yeayy!
Saya membuat undangan sederhana, pakai power point. Maklum saya tidak terlalu bisa desain, jadi seadanya saja semuanya. Undangan syukuran ini saya sebarkan via WhatsApp. Untuk acara keluarga dan acara teman-teman pun hanya dibedakan di tanggal saja, jadi tidak perlu buat design ulang. Saya cukup senang dengan hasilnya, walaupun sederhana tapi tetap terlihat apik. Bikin sendiri juga.

Bagian paling membingungkan tentunya kursi dan alat-alat rumah tangga lainnya. Saya ngga punya kursi banyak. Sebenarnya bisa pinjam punya RT, tapi saya waktu itu belum tau dan terlalu malu-malu untuk bertanya banyak ke Pak RT. Hahaha. Untungnya ibu saya punya banyak kursi plastik, jadi boyongan bawa meja lipat, kursi, alat makan, sendok, dan lain-lain dari rumah orang tua saya. Masakan pastinya buatan Ibu Bapak saya yang rasanya tidak diragukan lagi.





Saya senang sekali saat ada banyak tamu yang datang, terutama dari keluarga besar saya. Teman-teman pun banyak yang datang. Saya senang sekali mereka semua menyempatkan waktunya untuk main ke rumah kami yang jauhnya ampun-ampunan.

Terima kasih banyak semua yang menyempatkan hadir. Semoga kapan-kapan mau main lagi ke rumahku ya!

Our Dream Come True

Sudah lama banget ngga cerita-cerita di blog ini.. Emang setelah berkeluarga, kehidupan jadi sedikit berubah. Dulu sambil bengong malem-malem bisa menulis apapun. Sekarang kalau bengong enaknya gangguin suami. Hahahaa..

Sedikit cerita tentang keluarga kecil saya. Setelah menikah, alhamdulillah kami sudah ada rumah yang bisa ditempati. Kami tinggal di rumah dinas milik ayahnya suami saya. Rumah ini sudah ditempati suami saya sebelum kami menikah. Rejeki banget bisa sudah ada tempat tinggal untuk ditinggali berdua. Di dalamnya pun sudah ada barang perkakas rumah tangga, jadi kami ngga harus beli barang mengisi rumah dulu. Lokasinya sangat strategis, di tengah kota, dekat dari rumah mertua dan orang tua, saya bisa sering mengundang teman-teman untuk main ke rumah kami. Rejeki banget deh punya mertua baik hati!
Selalu seneng kalau rumah ke datangan tamu
kumpul-kumpul bersama teman
Tapi manusia memang tidak pernah puas yah. Di rumah ini ada yang bikin kami berdua ngga kuat banget. Mungkin temen-temen di Facebook saya udah tau, masalah kucing tetanggaa. Hiks! Tetangga di rumah kami itu kebanyakan pensiunan yang suka pelihara kucing. Ngga tanggung-tanggung, tetangga sebelah kiri pelihara 10 kucing dan tetangga kanan pelihara 5 kucing. Mereka juga ngga ngaku itu peliharaan mereka, karena mereka 'cuma' memberi makan setiap hari. Mereka anggap memelihara itu kalau pelihara di dalam rumah, tidak termasuk yang di luar rumah. Padahal yang di luar rumah jauh lebih banyak dan ganggu tetangga.

Baca juga: Saya Pasca Menikah

Yaa namanya juga kucing liar ya, ngga pernah diajarin toilet training, akhirnya kucing-kucing itu pup di sembarang tempat. Di pinggir jalan, depan rumah, garasi, teras, taman, plafon rumah, genteng, dimana-mana banget. Saya dan suami mesti banget bersihin pup kucing tetangga minimal 3 pup setiap hari. Kalau lagi rejeki ngga ada pup, pasti masih kebagian semriwing bau pipis kucing dari tetangga sebelah. Bayangin aja, pulang kerja capek banget, eh sampe rumah masih harus bersihin pup kucing tetangga. Bangun pagi buka pintu untuk menghirup udara segar, yang kecium bau pipis kucing. Duh, ngga kuat banget deh! Super sedih dan ngga akan ada habisnya bahas masalah perkucingan ini.

Gara-gara masalah kucing ini, saya dan suami jadi ingin sekali punya rumah sendiri yang bebas dari geng kucing. Sambil bersihin pup kucing tetangga, kami setiap hari berdoa yang banyak biar dapat rejeki untuk beli rumah. Nabung yang banyak. Sampai akhirnya setelah kami merayakan anniversary pertama, kami bertekad memberanikan diri cari rumah.

Singkat cerita kami akhirnya random mau survey rumah. Suamiku janjian sama penjual rumah di Bojong Gede, saya janjian sama yang di Citayam. Hari Sabtu kami naik kereta pagi-pagi ke Bojong Gede. Rasanya jauuuh banget Bojong Gede. Ngga sampai-sampai. Dari stasiun masih harus naik angkot dua kali dan sambung dengan ojek untuk masuk ke dalam kompleknya. Kami juga kurang suka sama rumahnya. Sesudah dari Bojong kami ke Citayam. Rumah di Citayam ini rumahnya temen kakak kelas saya di kampus. Saya lihat informasi penjualan rumah dari sharing-an kakak kelas itu.

Pas masuk komplek rumah di Citayam, kami agak deg-deg-an. Kompleknya bagus banget yang model cluster dan ngga pakai pagar rumah. Ya Allah ini mah jauh labih bagus dari bayangan kami berdua. Setelah ngobrol dengan pemilik rumah dan lihat bentuk rumahnya, kami jadi makin jatuh cinta. Tapi yaa gimana yaa.. Kami sama-sama sadar, ini mah too good to be true. Budget kami belum cukup untuk beli rumah itu. Kami galau banget.

Kegalauan ini pun kami ceritakan ke pemilik rumah. Kami beberapa kali ketemu mereka. Ternyata meskipun ada beberapa calon pembeli lainnya, mereka lebih sreg jual rumah ke kami. Mereka ingat perjuangan dulu saat mereka beli rumah pertama. Mereka pun meyakinkan kami agar lebih PD coba apply KPR ke bank. Mereka pun bantu banget prosesnya. Akhirnya kami berdua beraniin nyoba dan ternyata disetujui oleh bank lho!

Kami di rumah baru. Yeaaay

Seneng banget! Saya dan suami menempati rumah baru kami sejak tanggal 4 April 2016. Jadi kado ulang tahun saya yang ke 25. Kado paling nyenengin sedunia!

Alhamdulillah banget saya sangat bersyukur Allah kasih kami berdua kesempatan untuk punya rumah sendiri. Saya juga bersyukur punya suami yang baik dan sabar banget. Emang Allah kalau memberikan rejeki suka ada aja aja jalannya yang ngga terduga. Alhamdulillah.

sekilas tentang ISBN dan ISSN

International Standard Book Number (ISBN) adalah nomor unik terstandardisasi untuk mengidentifikasi buku. ISBN digunakan untuk setiap edisi dan variasi buku, ebook, buku softcover, buku edisi hardcover. Penggunaan nomor tersebut memungkinkan pemasaran produk yang lebih efisien bagi distributor.
Sejak 1 Januari 2007, ISBN terdiri dari 13 digit nomor dengan format berikut:


  • Group   : terdiri dari 1 – 5 nomor. Contoh nomor 0 atau 1 untuk negara berbahasa Inggris, 2 untuk negara berbahasa Perancis, 3 untuk negara berbahasa Jerman, 4 untuk Jepang, dan lain sebagainya.
  • Publisher : kelompok, organisasi, perusahaan, atau individual yang bertanggung jawab atas produksi atas sebuah penerbitan.
  • Check digit : nomor untuk pengecekan ulang, didapat dari perhitungan angka-angka sebelumnya dengan rumus tertentu.

ISBN dapat dikeluarkan oleh agen pendaftaran yang bertanggung jawab di setiap negara, di beberapa negara dikeluarkan pula oleh Perpustakaan Nasional atau Kementerian Kebudayaan.

Setiap penerbit, harus mendaftarkan diri ke agensi ISBN yang bertanggung jawab di Indonesia. Jika ada alasan khusus yang membuat kita tidak ingin mendaftar di ISBN Indonesia, penerbit tersebut harus menghubungi Badan ISBN Internasional untuk mendapatkan masukan terbaik dan tidak harus menghubungi lembaga ISBN lain.

Biaya untuk mendapatkan ISBN tergantung pada agensi nasional atau institusi lain yang telah terdaftar.
Penerbit harus melakukan seluruh tahapan, termasuk mengikuti aturan yang berlaku di ISBN. Penerbit juga harus memberikan data seperti judul, penulis, format, dll ke agen ISBN nasional. Penerbit juga harus memberikan kontak lengkap seperti nama penerbit, alamat surat, telepon, faks, email, dan situs.

Agen ISBN di Indonesia yang berhak memberikan ISBN kepada penerbit, menurut isbn-international.org adalah

Perpustakaan Nasional Indonesia.
Tim ISBN / Katalog Dalam Terbitan (KDT) Perpustakaan Nasional RI
Gedung Perpustakaan Nasional RI Blok A Lantai 2
Jalan Salemba Raya No. 28 A
Jakarta 10430
T: 021 9292 0979, F: 021 392 7919, E: isbn.indonesia@gmail.com, W: www.pnri.go.id
Kontak : Welmin Sunyi Ariningsih, Dra. Sauliah Saleh, H. Teuku Syamsul Bahri, Ratna Gunarti

Namun demikian, ternyata untuk majalah, buletin, jurnal, dan lain-lain yang terbit secara berkala tidak dapat menggunakan ISBN, tetapi menggunakan International Standard Serial Number (ISSN).

ISSN adalah delapan digit nomor unik yang digunakan untuk mengidentifikasi sebuah terbitan berkala pada media yang spesifik. ISSN umumnya diberikan oleh perpustakaan nasional dan dikoordiasi oleh Pusat ISSN Internasional di Paris.

Pada publikasi hardcopy, sebaiknya ISSN diletakkan di sebelah kanan atas di belakang sampul atau pada halaman tempat informasi editorial dituliskan. Publikasi pada media elektronik harus ditampilkan di halaman utama bila merupakan publikasi online atau pada tempat yang terlihat jelas (label CD, boks, sampul, dll) bila merupakan media fisik.

Di Indonesia, satu-satunya institusi yang memiliki tugas dan wewenang untuk menerbitkan ISSN adalah Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI) melalui Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah (PDII).
Pengajuan ISSN dilakukan secara online dan dikenakan pembayaran biaya administrasi sebesar Rp 200.000. Syarat pengajuan tersebut antara lain:
  • Merupakan terbitan berkala
  • Mengajukan surat permohonan yang ditujukan kepada kepala PDII-LIPI, tertulis secara resmi dari penanggung jawab penerbitan tersebut (berkop, stempel, dan tanda tangan)
  • Terdapat halaman daftar isi dan dewan redaksi
  • Seluruh dokumen yang diperlukan dalam pengajuan ISSN harus dalam format PDF.

Setiap nomor ISSN hanya diperuntukkan bagi 1 judul terbitan pada satu media, sehingga bila akan membuat judul baru atau menerbitkan dengan media berbeda (misalnya cetak dan elektronik) harus mengajukan ISSN baru.

Kontak lebih lanjut mengenai ISSN dapat menghubungi:
Bidang Dokumentasi – PDII LIPI
Gedung PDII lantai 5
Jl. Gatot Subroto 10 Jakarta 12042
PO BOX 4298
Tel / fax (021) 5733465 / 5733467, 5207387

Sumber tulisan:
http://issn.pdii.lipi.go.id/issn.cgi
http://www.issn.org/
http://en.wikipedia.org/wiki/International_Standard_Book_Number

www.isbn-international.org
Older Posts

Search This Blog

Contact Form

Name

Email *

Message *