Cloudy Days

Cloudy Days

April 17, 2022


Sometimes I am not feeling like my self. I had cloudy days where everything seems off. 

On those days, I was feeling empty, tired, and sad. It was hard to get up from bed. Those days, I cannot genuinely smile as much as I do on better days, which is totally ok but I don't like it.

On better days, it was easier for me to give appreciation and give more love to myself. It was easier to feel calm and peaceful.

But on cloudy days, I do have a monster hijacking my regular personalities. It can last for 2-3 days depending on how fast I can regulate my emotions and feelings. 

In the past, I blamed my partner because I don't like cloudy feelings. I didn't know how to regulate it. And it was easier to just blame it to someone else.

Lately, I figured out that even when he isn't around, I still have those cloudy days. Another reminder that we are the one who are responsible with our own feelings. 

Even when I have no significant problems, it still comes and goes like a wave.

I guessed the root of problem that caused this is because of I tend to have chronic lack of self worth. I've been working on it for a couple of years. Am I getting better at this? I don't know my friend, I don't know. I want to believe that I am, but sometimes it feels harder than usual.

I believe there must be some ways to make it more bearable. One of which is probably I just need to go through all of those cloudy feelings and then let it go. 

Or maybe cloudy days are part of being human. It is totally normal to not feeling sunny all the time. Just like the weather. And based on previous personal references, it will eventually pass and I will be just fine.

Menikmati Pameran di Galeri Nasional

Menikmati Pameran di Galeri Nasional

April 03, 2022


Kemarin saya pergi jalan-jalan ke Galeri Nasional Indonesia. Senang sekali rasanya! Saya suka pergi ke museum atau ke galeri seni.

Galeri Nasional terletak di pusat kota Jakarta, Jalan Medan Merdeka Timur, tepat di seberang Stasiun Gambir.

Untuk bisa masuk ke Galeri Nasional, kita wajib melakukan pendaftaran online di website mereka. Kita bisa pilih jam masuk sesuai dengan yang kita inginkan dan tergantung dari ketersediaan slot yang masih tersisa. Setelah melakukan pendaftaran, kita akan mendapat barcode tiket masuk melalui email. Barcode inilah yang akan di scan sebelum masuk ke ruang pameran. Tanpa pendaftaran ini, kita ngga ngga akan bisa masuk ke ruang pameran apapun alasannya.

Galeri Nasional punya beberapa ruang pameran. Pameran yang sudah pasti selalu ada namanya Pameran Tetap. Letaknya di sebelah kiri kompleks Galeri Nasional. Kalau kamu belum pernah ke sana, saya sarankan kamu booking 2 sesi. Ini supaya kamu bisa lebih santai dan menikmati semua karya nya. Kalau satu sesi saja rasanya terlalu terburu-buru atau belum selesai baca dan menikmati semua karya yang dipamerkan. 

Di Pameran Tetap, saya paling suka lukisan Kapal Karam di Landa Badai karya Raden Saleh. Di sini juga ada replika lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro karya Raden Saleh yang disandingkan dengan karya Charles V berjudul Pengunduran Diri. Kalau tidak salah, kedua lukisan tentang Pangeran Diponegoro di Galeri Nasional Indonesia adalah lukisan replika. Lukisan aslinya dipajang di Istana Merdeka (kalau tidak salah ingat). 

Selain lukisan itu, saya juga suka lukisan Dyan Anggraini. Saya merasa lukisan itu sungguh menggambarkan perjuangan seorang ibu dalam berbagai aspek dalam hidupnya.

Selain lukisan, saya juga suka patung karya Dolorosa Sinaga berjudul Solidaritas. Karya Dolorosa Sinaga memang erat sekali dengan pencerminan kekuatan perempuan, sebuah tema yang saya secara personal sangat suka.

Solidaritas

Nah, minggu ini, saya ke pameran berjudul Indonesian Women Artist #3: Infusions Into Contemporary Art yang menampilkan 10 perupa perempuan Indonesia. Seluruh perupa tersebut berusia lebih dari 50 tahun. Pameran ini akan berlangsung dari tanggal 30 Maret sampai 24 April 2022 di Gedung A dan B Galeri Nasional Indonesia.

Buat saya pameran ini sangat menarik, menampilkan berbagai rasa dan warna, juga cerita yang kompleks, dinamis, dan mendalam. Saya paling suka di ruang yang berisi karya-karya ibu Dyan Anggraini. Lagi-lagi saya terkesima dengan seluruh karya Ibu Dyan. Karyanya berjudul Kor Bungkam juga sangat menarik.

Karya Dyan Anggraini lainnya yang paling terngiang bagi saya adalah karya berbentuk kaki-kaki berjajar dan penuh luka menganga yang dijahit dengan peniti. Seperti menggambarkan perjalanan panjang yang menyakitkan. Peniti ini bermakna perjalanan seorang seniman yang tidak mudah penuh tantangan, hambatan yang tiada habisnya.  Semua karya Dyan Anggraini yang ada peniti-penitinya, saya sukaa!


Karya Dyan Anggraini

Oiya, kalau kamu ke sini, jangan lupa kalau pameran Indonesian Women Artist ini ada di Gedung A yang berada di tengah Galeri Nasional dan Gedung B yang ada di sebrang pintu keluar ruang pameran gedung A.

Nah, kalau di gedung B, saya paling suka karya ibu Dolorosa Sinaga (lagi). Soalnya karya Dolorosa Sinaga itu seperti memiliki 'nyawa' tersendiri dan kisah yang mendalam. Apalagi patung berjudul Merenungi Hari Akhir. Coba deh kamu lihat karya-karya Dolorosa Sinaga lainnya di Katalog Seni Kontemporer Indonesia ini.

Karya Dolorosa Sinaga

Di gedung B juga ada ruangan karya Bibiana Lee yang mengusung tema rasisme. Saya suka karena ruangannya hitam merah dan pesannya langsung dapat.

Oiya terakhir, sekarang ini juga ada pameran solo Otty Widasari yang berjudul Partisan. Pameran yang dikurasi oleh Luthfan Nur Rochman ini membedah keberadaan teknologi media terkini yang berinteraksi dengan berbagai media lain dan juga penonton. 

Ruangan pameran terbagi menjadi tiga bagian. Pertama dalam bentuk karya narasi, ini saya suka. Kedua, perpaduan antara percakapan sehari-hari, teknologi, interaksi dengan pengunjung, dan segala kekacauan atau kerapiannya. Ketiga, video-video karya seni yang pernah ditampilkan di berbagai festival di dunia.

Saya cukup suka ruangan tontonan yang ada di dalam. Meskipun kalau sendirian, saya ngga akan berani masuk karena ruangannya agak gelap dan sepi. Saya takut hehehe. Kalau ada teman dan/atau pengunjung lain tetap seru kok.



Menikmati karya Otty Widasari


***

Selesai melihat pameran, saya dan teman main ke ruang Pajang Karya yang sedang menampilkan karya-karya sketsa Iwan Widodo. Di sana, saya ngobrol dengan mas yang jagain, namanya Mas Anjar. Kata Mas Anjar (kalau ngga salah), di situ kita bisa berkarya dengan media yang ada. Akhirnya saya menggambar sebuah karya berjudul Musim Semi di Flagstaff.


Menggambar di Pajang Karya

Sambil menggambar, saya dan teman saya mengobrol ngalor-ngidul sama Mas Anjar. Lalu dia kasih tau ternyata ada yang namanya KamiSketsa dan ada pelatihannya. Tanggal 7 April ini akan ada pelatihan langsung yang diajari oleh Iwan Widodo. Pelatihan ini gratis dan digelar secara rutin. Kamu bisa dapat informasinya di Galeri Nasional Indonesia. Pulang menggambar, saya dan teman dikasih jajanan oreo untuk dimakan di jalan. Terima kasih mas!


Musim Semi di Flagstaff. Pegal juga menggambar kertas besar. 

Pulang dari Galeri Nasional, kami main ke Mangga Besar naik transjakarta. Saya jajan kue di toko kue jadul yang cukup terkenal namanya Suisse Bakery, rekomendasi dari Jen. Saya jajan kue sus, teman saya jajan bolu ketan. Dua-duanya enak sekali!

Suisse Bakery buka setiap hari jam 7 pagi - 8 malam
Alamat Suisse Bakery:
Jl. Hayam Wuruk 114 Blok A No.5-6, RT.10/RW.9, Maphar, Taman Sari, Jakarta Barat, 11180

Malamnya, kami makan pho di Pho Saigon. Saya sudah lama banget ngga makan pho yang enak dan di sini beneran enak banget. Dagingnya banyak dan kuahnya pas. Makan ini bikin hati ku semakin senang. Habis makan pho, baru deh pulang naik kereta api dari stasiun Mangga Besar yang jaraknya hanya 500 meter dari Pho Saigon.

Pho Saigon buka setiap hari jam 10 pagi - 10 malam.
Alamat Pho Saigon: 
Jl. Raya Mangga Besar No.72, RT.6/RW.1, Taman Sari, Jakarta Barat, 11150

Jajan kue sus di Toko Suisse

Pho Saigon

***

Sungguh hari yang menyenangkan!


Semoga hari-hari mu juga menyenangkan yaa.


Diny


Jumping Off a Rocky Ledge in Sedona

Jumping Off a Rocky Ledge in Sedona

March 31, 2022


Hello fellas,

As an attempt to preserve some memories, I would like to write memorable trips I did in the US. 

 

This one is a major throwback to the very first trip I did in Flagstaff. I was just arrived, and it was my third day I in Flagstaff. I barely grasp the idea that I was right in the US, pursuing my dreams to study abroad. 

 

One of the Indonesian fellows, Dany, asked me and my roommate, Thalita, if we would like to join a trip to Sedona with a church youth group she met in International House. International House is kinda like a kos-kos-an (boarding house) for international student. And the church youth group had get-together activities like hiking. I though this probably like tafakur alam in Muslim community back home. 

 

So, I definitely said yes. 

 

She picked me and my roommate about 8 am. She introduced us to CJ from the International House. So, four of us, me, my roommate, CJ, and Dany drove down to Sedona. Little did I know this small town will be my favorite place of all time in the world.


 

It took about an hour drive from Flagstaff to Sedona. The views were amazing! I amazed by the variety of landscapes in this scenic route. Pine forest changed into shrubs, light color rocks changed to red color rocks. It was all beautiful.

 

We arrived and parked in a small parking lot. Then, we met the other group from the church youth group. CJ and Dany introduced us to them. There were around 20 people, mostly undergrads. They were all smiley, friendly, and fun.

 

Well, this was new to me. Hiking in a not-so-tropical-area. Hiking with lots of strangers. It was super exciting!



The hiking trails were not too far from the main road. We walked about 10 minutes. The trail was ended in a small river. We called it curug in West Java. But there, we call it a river. 

 

The weather was nice, not too chilly or hot. The air was super dry. My tropical skin hasn’t adapted to a dry and chilly weather, but it was all good. 

 

The other folks started swimming in the river. They jump from a short cliff on the other side of the river. At first, I was just looking at them, laughing and just observing them.

 

And then, I decided to join them, jumping from the little cliff. It was cool. At that time, I barely can swim. I did not know how to float. The river was a little deep, probably 2 meters deep, so I can't touch the riverbed. 

 

But hey, let’s try it!


I followed them to the cliff, and I jumped! Even though I cannot swim. Hell yeah.

 

The water was very fresh and cold. I was able to swim back to the riverside. And one of the them helped me to get the riverside. Hahaha.

 



From that very first trip, I know this journey will be lots of yes to new things. I knew I will enjoy every bit of it. I knew it will explore my boundaries. Figuring out if I could find the other sides of me that never been explored.

 

So, it was such a nice first trip. A celebration of my accomplishment. A great preamble experience that starts a really fun experience. 



Hope you enjoy the pictures and stories as much as I do.

 

Thank you for reading.

 

Love,

Diny

Search This Blog

Contact Form

Name

Email *

Message *