Taman Fort Canning terletak di perbukitan yang dulunya adalah tempat pertahanan Singapura. Dari sinilah Kerajaan Melayu dan tentara Inggris memimpin pulau Singapura, mempertahankannya dari serangan penjajah Jepang. Di taman ini, kita bisa melihat banyak artefak dan tempat historis, seperti meriam, gerbang benteng, bunker, gedung barak, dan lain sebagainya. Sekarang, taman seluas 19 hektar ini bisa dinikmati warga lokal dan turis secara gratis, serta menjadi salah satu lokasi historis di Singapura.
Saat aku ke Taman Fort Canning, aku melihat banyak warga lokal memanfaatkan taman untuk olahraga. Ada yang lari, ada orang tua dan lansia yang olahraga dalam grup, juga keluarga dan anak-anak berlarian di taman. Banyak pula turis-turis yang main ke sana.
Aku ke taman ini pagi-pagi sekali, berangkat dari hotel sekitar jam 6. Aku jalan kaki dari hotel soalnya hotel tempat ku menginap relatif dekat dari taman Fort Canning, hanya 20 menit jalan kaki.
Begitu sampai, aku langsung menuju spot foto yang sangat terkenal yang disebut The Fort Canning Tree Tunnel. Di sini, kita bisa berfoto di tangga dengan pemandangan pohon dan langit biru. Dari bawah, kita bisa lihat pohon trembesi yang sudah tumbuh menjulang rindang.
Pohon trembesi sebenarnya berasal dari Amerika Selatan. Namun, pohon trembesi sering digunakan untuk penghijauan di taman-taman kota. Pohon trembesi memang mudah tumbuh, pohonnya bisa mencapai ketinggian 30 meter. Kanopi pohonnya khas melebar, yang cocok memberikan kerindangan di taman atau di pinggir jalan.
Pohon trembesi termasuk pohon kacang-kacangan. Daunnya khas, daun kecil-kecil yang akan membuka di pagi dan siang hari, lalu menutup di malam hari. Kalau daunnya sudah menguning, daun-daun kecilnya akan berguguran. Mungkin karena itulah pohon trembesi juga sering disebut sebagai pohon hujan (kihujan; rain tree).
Pagi itu, taman masih terlihat relatif sepi. Namun ternyata, spot foto yang terkenal ini sudah banyak peminatnya. Sudah ada antrian untuk berfoto di tempat yang cantik. Oleh karena aku perginya sendirian, jadi malas ikut mengantri. Aku hanya foto tempatnya dan jalur masuknya yang juga cantik.
Setelah foto-foto di Fort Canning Tree Tunnel, aku mulai keliling taman.
Menurut ku, taman ini cantik sekali. Kombinasi antara wisata sejarah dan wisata alam. Banyak pohon-pohonan yang sudah rindang, lumut dan paku pun banyak tersebar di seluruh sisi. Di sana ada taman tematik seperti taman rempah dan lain-lain.
Kalau aku, paling suka lihat Hotel Fort Canning. Gedung yang dulunya kantor administrasi tentara Inggris, kini telah menjadi hotel butik yang cukup mewah. Gedungnya gagah dengan warna putih yang kontras dengan dedaunan di sekitarnya. Ciri khas gedung lama di Singapura.
Selain itu, aku suka Fort Gate atau pintu benteng. Pintu benteng ini dikelilingi oleh pohon-pohon yang tinggi. Aku suka sekali lihatnya.
Selain itu, ada juga kuburan lama. Kuburan ini adalah kuburan kristen pertama yang mulai digunakan tahun 1820an.
Buat ku, taman rapi yang rindang dan bersih seperti ini sangat menarik untuk istirahat dari hiruk pikuk perkotaan. Semoga di Jakarta makin banyak taman rindang yang bisa kita nikmati bersama.
Demikian cerita ku hari ini. Sampai jumpa besok!
Diny