Hiking ke Air Terjun Cibereum

Sunday, April 18, 2021


Mari kita cerita-cerita tentang salah satu jalan-jalan singkat yang saya suka. Sekitar 1,5 tahun lalu di bulan Agustus 2019, saya pergi ke Air Terjun Cibereum bersama seorang teman yang datang dari Amerika.

Kami berdua sama-sama kuliah jurusan kehutanan. Bedanya, saya di Northern Arizona, dia di Yale. Saya pertama kali ketemu dia waktu ikut konferensi di New Mexico, Amerika Serikat. Itu kali pertama saya datang ke konferensi di luar negeri. Saya masih kikuk berjejaring ke para peneliti di sana. Waktu itu, sebagai sesama mahasiswa, kami berkenalan. Ada beberapa orang dari Yale dan kami sempat saling menonton presentasi masing-masing. Seingat saya, kami tidak terlalu banyak ngobol saat itu. Tetapi setahun kemudian, saya pergi ke konferensi di Yale dan sempat ketemu lagi dengan dia dan beberapa teman dari Yale di sana.

Waktu dia mau datang ke Indonesia, dia kontak saya dan teman-teman Indonesia lainnya. Langsung saja saya ajak dia jalan-jalan di sekitaran Jakarta, seperti ke museum atau tempat lainnya. Lalu dia bilang ingin lihat hutan hujan tropis dan kalau bisa jalan-jalan outdoor. Langsung lah saya kasih ide untuk pergi ke Air Terjun Cibereum.

Saya dan teman janjian di Stasiun Tebet jam 6 pagi. Dari situ kami pergi bareng ke Stasiun Bogor. Perjalanan dari Stasiun Tebet ke Stasiun Bogor mungkin sekitar 1,5 jam. Dari Stasiun Bogor, kami naik angkot menuju tempat pangkalan mobil omprengan. Sampai di tempat mobil omprengan, kami menunggu 30 menit sampai akhirnya mobil omprengan jalan jam 9an. Mobil omprengan ini sistemnya memang menunggu sampai penumpang penuh dahulu, baru berangkat.

Macet di pintu tol. Untung teman saya ngga banyak mengeluh, jadi perjalanan ini tetap terasa menyenangkan.

Perjalanan dari Bogor ke Cibereum memakan waktu sekitar 2 jam. Kami sempat ngobrol, tidur, liat kanan kiri, lalu tidur lagi, bangun lagi, belum sampai juga. Perjalanan kali itu memang agak ramai dan macet. Tapi saya pikir, sepertinya perjalanan ke puncak selalu ramai dan macet. Jadi sudahlah dinikmati saja.

Air terjun Cibereum berada di jalur pendakian utama di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Kawasan ini adalah salah satu kawasan terpenting yang mewakili ekosistem pegunungan Jawa. Lokasinya bersebelahan dengan Kebun Raya Cibodas. Keduanya merupakan kawasan hutan yang paling banyak diteliti di Indonesia, sejak jaman Belanda. Kawasan klasik untuk para biolog belajar, terutama untuk belajar tumbuh-tumbuhan. Banyak peneliti tumbuhan terkemuka melakukan penelitian di sini, seperti Blume, Reinwardt, van Steenis, dan lain sebagainya.

Sebelum kami memulai pendakian, kami lapor diri ke petugas, bayar uang masuk, dan menunjukkan tanda pengenal. Perjalanan kali itu perjalanan santai. Saya dan teman sering berhenti untuk melihat pohon dan hewan-hewan di sekitar. Jalur pendakian pun tergolong mudah untuk didaki oleh siapapun.

Harga tiket masuk wisata di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango di bulan Desember 2019.

Ketika kami mendaki, kami mengobrol banyak hal tentang tanaman dan hutan. Di awal jalur pendakian, jalur ini dikelilingi banyak pohon rasamala. Pohon rasamala adalah pohon yang penting bagi ekosistem hutan ini. Pohon rasamala tumbuh sangat tinggi, menempati lapisan yang paling tinggi di hutan ini, atau istilahnya umbrella species. Sebagai spesies payung, pohon rasamala memberikan naungan bagi pohon-pohon lainnya di lapisan bawah hutan dan juga bagi tumbuhan-tumbuhan yang menempel di batangnya.  Di jalur pendakian ini, pohon induk rasamala sudah dipetakan, agar peneliti lebih mudah mengamati pohon tersebut. Pohon yang menyediakan keteduhan bagi pohon-pohon lainnya. Indahnya :)

Kami sempat berhenti berkali-kali. Kami cukup takjub menikmati keindahan hutan hujan tropis ini. Ini adalah salah satu mimpi teman saya, untuk bisa berjalan-jalan dan melihat hutan hujan tropis langsung. Saya tentunya ikut senang menemani perjalanan teman saya ini untuk menikmati salah satu hutan terbaik di Pegunungan Jawa.

Talaga Biru dan vegetasi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Kami juga sempat berhenti untuk melihat owa jawa (javan gibbon) yang main di pohon sekitar jalur pendakian. Owa jawa adalah hewan primata endemik atau cuma bisa dilihat di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Kami sangat beruntung bisa ketemu dan melihat langsung owa jawa siang itu. Owa pertama yang kami lihat ada 1 owa dewasa yang sedang menggendong anaknya. Ngga lama kemudian, ada satu owa dewasa lagi yang main di sekitar. Owa itu ikut memperhatikan kami sambil makan daun-daun muda di pohon. Ah, such a blissful afternoon. Kami berhenti sekitar 10 menit, lalu melanjutkan perjalanan.

Kami berhenti lagi karena kami melihat sekawanan kelompok owa jawa yang berloncat-loncatan di pepohonan. Mungkin ada sekitar 10-15 owa di kelompok itu. Mereka berloncatan, makan, mencari kutu satu sama lain, dan main bersama. Wah, saya senang sekali dapat melihat pemandangan ini. Kami mengambil banyak foto dan video. Kamera saya tidak bisa ambil foto jarak jauh, jadi gambar owa hanya selintasan saja. Tidak masalah, toh kami sangat menikmati momen itu.

Setelah selesai melihat owa, kami melanjutkan perjalanan. Kami berhenti sejenak di Telaga Biru. Di sana ada penjual makanan, tempat istirahat, dan tempat berkemah. Saya dan teman foto-foto sebentar, cuci muka dengan air sungai yang sejuk itu, lalu melanjutkan perjalanan.

Bunga Terompet adalah salah satu pohon invasif yang ada di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Sayangnya jalur pendakian sudah banyak yang rusak.

Kami sampai di Air Terjun Cibereum sekitar jam 12an. Di sana ada 3 air terjun. Sebelum main air, kami memutuskan untuk makan siang dahulu. Di saat-saat seperti itu, tentu saja kami makan pop mie dan minum kopi. Enak!

Makan siang pakai Pop Mie. Nyamnyam.

Teman saya bawa baju ganti dan memang sudah niat mau mandi di air terjun. Saya cuma ingin main air di pinggirannya saja. Seru sekali main di air terjun! Waktu itu, Air Terjun Cibereum juga ngga terlalu ramai jadi kita bisa santai-santai dengan nyaman.
 
Main air di Air Terjun Cibereum

Kami main air sekitar 1,5 jam lalu memutuskan untuk kembali pulang. Sampai di gerbang luar sekitar jam 3. Kami kembali lapor diri, istirahat sebentar, ke kamar mandi, baru turun ke tempat angkot.

Perjalanan pulang relatif panjang karena macet terus-terusan, ngga tau karena apa. I think Puncak just being the Puncak dengan segala kemacetannya. Kami sampai Jakarta sekitar jam 6 lalu langsung menuju Stasiun Tebet. Sampai di Jakarta, kami makan masakan padang di Rumah Makan Merdeka. Kami makan macam-macam jenis makanan, tapi dia paling suka rendang dan perkedel. Ini kali pertama teman saya makan masakan padang dan dia suka sekali! Yay! 

Selesai makan, kami saling pamit. Seru sekali main bersama teman di tempat-tempat outdoor. Sampai berjumpa lagi kawan!

Diny

No comments

Post a Comment

Search This Blog

Contact Form

Name

Email *

Message *